alanan di Nusa Penida tak seramai ketika pandemi belum melanda. Restoran yang menjamur di kanan-kiri jalan tampak masih belum beroperasi. Wisatawan asing yang biasanya bisa dijumpai dengan mudah hilir mudik di jalan juga tak tampak. Di antara jalan yang lengang, rumput yang menguning, seorang lelaki tengah duduk di ladang. Di sebelahnya kepingan-kepingan karang menumpuk. Usia lelaki itu mungkin sudah melewati setengah abad. Tubuhnya begitu liat. Keringat yang keluar membuat bagian tubuh tak berbungkus baju terlihat mengkilap. Lelaki itu membiarkan terik menyengat kulitnya yang telah gelap. “Ade batu ngandang,” lelaki itu berkata, sambil menunjuk sebuah batu yang ada di dasar lubang.... Continue reading

