WartaBulukumba.Com – Di lembah yang subur di DAS Balangtieng, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sang pohon menjulang tinggi, seperti penjaga rahasia yang setia. Dikenal sebagai pohon bissa paeng, ia menatap langit dengan anggun, memeluk segala keindahan alam di sekelilingnya. Dalam pelukannya, tersimpan kebaikan yang tak terperinci, merayap dalam hati para petani aren. Seperti dongeng yang tak pernah pudar, ia mengisahkan keajaiban alamiah yang tak terkira, mengalir dalam aliran waktu yang tak berkesudahan. Baca Juga: Wajah Bulukumba dari petani gula aren: Menyemai kesadaran lingkungan di DAS Balantieng bersama Dana Mitra Tani Keelokan pohon bissa paeng tak hanya terletak pada bentuk fisiknya yang gagah. Lebih jauh dari itu, pohon itu membawa berkah bagi para petani di sekitarnya.
Sejak zaman dahulu, mereka telah memahami keajaiban kulit kayu pohon ini. Manfaatnya, terutama dalam produksi gula aren, telah menjadi rahasia turun temurun yang tak ternilai. Diolah dengan bijaksana, kulit kayu itu menjadi bahan utama dalam produksi gula aren berkualitas tinggi. Melalui proses yang cermat, kulit kayu itu dicampur dengan air nira aren, menciptakan ramuan khas yang menghasilkan gula aren dengan cita rasa dan kualitas yang tak tertandingi. Proses ini bukan sekadar transformasi bahan, melainkan juga perubahan kualitas yang signifikan. Akar dan kulit pohon bissa paeng memberikan sentuhan alami yang tak ternilai, memberi karakteristik unik pada gula aren yang dihasilkan. Hasil akhirnya adalah gula aren alami yang tak hanya lezat, tetapi juga memiliki kualitas yang terjaga dengan baik. Baca Juga: DAS Balangtieng, para ‘penjaga nektar bumi’ dan Dana Mitra Tani Bulukumba Keuntungan ekonomis sekaligus ekologis Petani aren, Sapri, di dekat pohon bissa paeng dalam kebun arennya/WartaBulukumba.Com Namun, keindahan proses ini tak hanya terletak pada hasil akhirnya. Lebih dari itu, penggunaan bahan alami ini juga memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar.
Para petani yang mengandalkan pohon bissa paeng untuk produksi gula aren tidak hanya meraih hasil yang lebih baik secara ekonomi, tetapi juga turut menjaga kelestarian alam sekitar. Sapri, seorang petani aren di Desa Orogading Kecamatan Kindang, dengan bangga membagikan pengalamannya dengan pohon bissa paeng. “Akar atau kulit pohon Bissa Paeng ini menjadi campuran air nira untuk menghasilkan produk gula aren berkualitas dan alami,” ungkap Sapri dengan mata berbinar-binar pada Ahad, 17 Maret 2024. Baca Juga: Jejak manis petani gula aren dan Dana Mitra Tani Bulukumba: Menyalakan tungku kesadaran ekologis dan koperasi Lelaki paruh baya itu sudah menjadi petani aren sejak remaja di kampungnya. Sebilah parang tersandang di pinggang, pakaian kebun yang sederhana membalut tubuh kekarnya. “Ini sudah menjadi warisan keluarga petani aren kami, turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi,” imbuh Sapri.
Upaya pelestarian pohon bissa paeng Kunjungan Sri Puswandi, Ketua Dana Mitra Tani Bulukumba, beserta rombongan petani aren ke kebun petani di Desa Orogading menjadi momentum penting. Melalui diskusi dan pertemuan langsung dengan petani, mereka berkomitmen untuk melakukan penanaman pohon bissa paeng sebagai upaya untuk memperbanyak populasi pohon yang sangat berharga ini. Tidak hanya itu, penanaman pohon ini juga menjadi aksi konkret dalam upaya pelestarian DAS Balangtieng. Petani aren di kawasan tersebut menyambut baik inisiatif penanaman pohon bissa paeng. “Kami menyadari betapa langka dan berharganya pohon ini, serta kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam,” ungkap Sri Puswandi. Inisiatif ini menjadi bagian dari program pendampingan petani aren di Kawasan DAS Balangtieng, yang didukung oleh berbagai lembaga seperti GEF-SGP Indonesia, Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Balang Institute, dan UNDP. Dana Mitra Tani, bersama keluarga petani aren, telah memulai langkah nyata dalam melaksanakan program ini sejak Februari 2024. Penanaman pohon, serta perawatan dan penyuluhan terkait kelestarian alam, menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya mereka. Ini adalah upaya kolaboratif yang menggambarkan semangat gotong royong dan kepedulian akan keberlanjutan lingkungan. Pohon bissa paeng bukan sekadar pohon. Ia adalah simbol kearifan lokal, kekayaan alam yang harus dijaga dengan baik oleh masyarakat. “Melalui pemahaman akan nilai-nilai alamiah ini, kita dapat terus memanfaatkannya secara bertanggung jawab untuk kesejahteraan bersama dan kelestarian lingkungan,” harap Sri Puswandi. Setakik cerita dari pohon bissa paeng ini akan selalu terukir dalam sejarah alam, di mana kebaikan dan keindahan bertaut dalam sebuah harmoni. Pohon bissa paeng dan petani aren Bulukumba akan tetap saling menjaga.***
Sumber Artikel berjudul “Setakik cerita dari pohon bissa paeng di Bulukumba: Penyelamat petani dan pencipta gula aren berkualitas”, selengkapnya dengan link: https://wartabulukumba.pikiran-rakyat.com/ekobis/pr-877853645/setakik-cerita-dari-pohon-bissa-paeng-di-bulukumba-penyelamat-petani-dan-pencipta-gula-aren-berkualitas?page=all