NUSA PENIDA – “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Kutipan pernyataan Presiden Pertama RI Ir. Soekarno tak lekang oleh waktu. Ini satu pesan bahwa pemuda bisa dipercaya mampu merubah lingkungannya bahkan dunia.
Tiga bersaudara I Wayan Kerta, I Made Arnawa, I Komang Suryawan merupakan contoh pemuda yang memiliki motivasi tinggi memberdayakan potensi yang ada di Pulau Nusa Penida. Ketiganya mendedikasikan pengalaman, pengetahuan dan lahan yang dimiliki untuk membangun sesuatu yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat yang dikenal dengan Rumah Belajar Bukit Keker Desa Adat Nyuh Kukuh Desa Ped.
“Ketika pariwisata maju banyak orang meninggalkan kegiatan di tegalan, memelihara sapi dan lingkungannya, sedikit yang peduli hal tersebut. Sekarang bagaimana anak muda memiliki gambaran peduli pada potensi pulau sendiri, maka kami menginisiasi membuat tempat belajar ini”, tutur Wayan Karta yang juga sebagai direktur Yayasan Taksu Tridatu.
Nusa Penida beberapa tahun terakhir sebelum terjadinya pandemi covid-19 memang menjadi primadona baru bagi pariwisata. Hampir tiap hari ada 3.000 turis masuk. Kesempatan meraup rejeki dari pariwisata ini tidak disia-siakan hampir semua masyarakat di Nusa Penida. Demi pariwisata sampai berani berkorban meninggalkan budaya lama bertani rumput laut, menandu sapi, berkebun, bahkan tidak lagi peduli pada lingkungan yang kotor.
Kondisi pandemic yang sudah berjalan 8 bulan ini memperpuruk dunia pariwisata. Masyarakat termasuk pemuda-pemudi yang bekerja di pariwisata sudah di rumahkan. Bingung harus melakukan apa, ternyata ada beberapa pemuda bertani adalah jawabannya. Tidak salah dimana-mana sudah terdengar bahwa pandemi banyak mengajak orang kembali untuk peduli pada lingkungan dan ingat pada potensi alam yang telah disia-siakannya.
Program Ecologic Nusa Penida yang diorganisir oleh Yayasan Wisnu telah berjalan sejak tahun 2018 dengan mitra yakni, Yayasan PPLH Bali, Yayasan Taksu Tridatu, Yayasan Kalimajari, Komunitas Wisanggeni 91, Komunitas I Ni Timpal Kopi dan Perkumpulan Jaringan Ekowisata Desa serta komunitas kelompok tenun cepuk Alam Mesari, Yayasan IDEP Selaras, Kelompok petani rumput laut di Semaya dan STT Eka Wana Kelapa Desa Adat Nyuh Kukuh. Hampir 2 tahun melakukan kerja-kerja partisipatif yang didukung GEF-SGP Indonesia membangkitkan semangat masyarakat khususnya muda-mudi kembali peduli pada potensinya.
“Rumah Belajar adalah etalase dari program ecologic Nusa Penida. Ada 8 desa yang diintervensi dengan berbagai kegiatan. Nusa Penida bagi kami adalah sebuah laboratorium, banyak hal bisa dipelajari di sini. Mulai belajar menangani sampah, rumput laut, pewarna alam dan tenun tradisional, pertanian lahan kering dan peternakan, membangun kepariwisataan berpihak kepada lingkungan dan masyarakat, pertanian dan agroforestry, membuat pakan kering, energi bersih dan terbarukan. Jika melihat yang riil maka harus ke desa-desa. Ini adalah ruang kecil menjelaskan apa yang ada di Nusa Penida,”kata Ibu Denik Direktur Yayasan Wisnu Host Program Ecolocig Nusa Penida.
Sangat tepat anak muda hadir diacara rembug mitra dan singkronisasi program ecologic Nusa Penida 26 Oktober 2020 sebagai salah satu penerima manfaat. Anak muda bisa langsung melihat hasil kerja para LSM dan komunitas yang juga melibatkan anak muda sehingga sepulang dari sini kiranya bisa direplikasi di banjar dan desa masing-masing.
“Satu pesan alam yang disampaikan kepada manusia yaitu untuk menjaga diri kita sendiri melalui menjaga alam. Ini adalah saat kita bangun, bergerak, memperhatikan, meningkatkan suara kita, tindakan-tindakan, kita dan ini saatnya membangun lebih baik bagi manusia dan planet bumi. Its time for nature. Ini adalah waktu untuk alam. Waktu untuk kita memberikan kesempatan kepada alam memperbaiki dirinya, waktu untuk kita untuk membantu alam memperbaikinya dirinya sendiri. Karena dengan memperbaiki alam, kita memperbaiki kehidupan kita sendiri,” sepotong pesan yang disampaikan ibu Laksmi Damayanti Koordinator Badan Pengarah Nasional GEF SGP.
Bapak Dr. Ir. Agus Prabowo, M.Eng Head Environment Unit UNDP menegaskan pula bahwa “program ecologic Nusa Penida adalah menjalankan kegiatan yang sudah sesuai dengan 17 target kesepakatan global yaitu SDG (Sustainable Development Goals). Program Nusa Penida disaat seperti ini bisa focus di no 8 yaitu menciptakan lapangan pekerjaan yang layak.
Masyarakat bisa memanfaat resource dari GEF SGP untuk berkegiatan sedemikian rupa sehingga menciptakan lapangan kerja baru. Tentu ditingkat tapak ada kaitannya dengan ekologi dan pariwisata. Karena ada kecenderungan masyarakat Nusa Penida untuk pindah ke kota terutama anak anak muda, dan bekerja di sektor pariwisata. Yang sayangnya sekarang ini dihantam pandemic, maka akan sangat beralasan jika saat ini seluruh resource menciptakan lapangan kerja”.
“Dukungan pendanaan GEF SGP ini hanya sekedar modal kerja, yang seharusnya nantinya wajib diteruskan oleh teman-teman, atau kelompok masyarakat atau stakeholder disini. Kolaborasi masyarakat, Yayasan swadaya masyarakat, pemerintah, private sector, sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan dari kegiatan,” kata Ibu Dwi Catharina Hastuti sebagai Koordinator Nasional GEF SGP yang hadir di tengah-tengah acara rembug dan sinkornisasi program ecologic Nusa Penida.
Pemerintah yang hari itu diwakili Bapak Camat, Sekretaris Camat dan UPT Persampahan Nusa Penida turut mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Yayasan Wisnu dan para mitra kerjanya. Tentu saja sesuai dengan harapan Bapak Bupati, semua program yang ada di Nusa Penida baik dari LSM maupun lembaga lain harus bisa bersinergi dengan program-program pemerintah. Yang paling penting dalam program harus berkelanjutan, tidak boleh mandeg seperti program program sebelumnya yang dilakukan oleh pihak lain seperti program tenaga bayu, program biogas program pakan ternak.
“Rumah belajar bisa digunakan dengan baik terutama perbekel yang perlu ilmu, kegiatan disini bisa dipakai contoh di desa desa lain yang sekiranya belum menerapkan hal ini. Karena banyak sekali yang berdampak positif mengarah kepada pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat,” pesan Camat Nusa Penida.
Selain pesan kepada para perbekel tak kalah penting pesan kepada anak muda. “Khususnya pemberdayaan anak muda untuk mengelola sampah, kiranya PPLH Bali tidak berhenti mendampingi hanya di Banjar Nyuh Kukuh saja. Hendaknya bisa dikembangkan kepada anak muda di desa yang lain, tandas bapak Sekcam Nusa Penida.
Anak muda semakin termotivasi dalam rembug dan sinkronisasi, meski matahari mulai mampir di Rumah Belajar siang itu. Mereka tak perduli karena telah kehadiran 2 musisi Guna Warma (Kupit) Nosstress dan Kalego asli Nusa Penida. Sangat menghibur dan lewat lagunya memotivasi anak muda untuk terus bangga menjadi anak Nusa Penida. Sentilan lagu Kalego membuat “kaget” dan tertawa anak-anak muda. Begitu juga lirik lagu Tanam saja dari Kupit-Nosstress sebuah ungkapan kegelisahan kepada bumi dan kebun di depan rumah kita yang gersang. Maka dia mengajak kita semua untuk semua harus menanam, ya tanam, tanam sajalah. Karena alam tanggungjawab kita bersama, terutama anak muda. (ecologinp/ctr)