(22/8/2025) Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial resmi membuka Festival Perhutanan Sosial Nasional (Pesona) 2025 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (20/8/2025). Ajang ini menjadi panggung nasional bagi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang diolah bersama masyarakat lokal di sekitar hutan lindung, sekaligus wadah mempertemukan petani, pemerintah, hingga calon pembeli atau offtaker.

Kalau biasanya festival identik dengan musik atau kuliner, kali ini suasananya berbeda. Bayangkan sebuah ruang besar penuh dengan aroma kopi nusantara—Arabika, Robusta, hingga Liberica—yang dibawa langsung oleh petani dari berbagai daerah. Festival Pesona 2025 hadir bukan hanya untuk merayakan kekayaan hasil hutan, tapi juga untuk memperlihatkan bagaimana perhutanan sosial mampu menghadirkan harapan baru bagi masyarakat desa, perempuan, hingga generasi muda.

Sinergi Lintas Pihak

Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial, Catur Endah Prasetiani Pamungkas, menegaskan pentingnya sinergi antara kementerian, lembaga nonpemerintah, dan dunia usaha. Menurutnya, keberadaan pendamping menjadi kunci agar kelompok perhutanan sosial mampu tumbuh lebih kuat. Salah satu yang mendapat apresiasi adalah Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia, lembaga yang konsisten sejak 1993 mendukung petani kopi skala UMKM.

“Dalam mendampingi kelompok perhutanan sosial perlu sinergi kolaborasi, tidak hanya antar kementerian, namun juga dengan lembaga dan pemerintah daerah,” ujar Catur.

Konsistensi GEF SGP Indonesia

Di tengah banyaknya donor yang berhenti mendanai, GEF SGP Indonesia tetap bertahan lebih dari tiga dekade. Sidi Rana Menggala, Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, menuturkan motto mereka jelas: let there be food atau cukupkanlah pangan. Fokusnya bukan hanya pada kopi, tapi juga biodiversitas serta komoditas pangan yang selaras dengan konservasi. Sidi menjelaskan, salah satu cara menjaga komitmen petani adalah dengan memastikan hasil panen terserap di harga stabil melalui kontrak pembelian jangka panjang. Dengan begitu, petani punya kepastian finansial dan insentif untuk terus merawat pohon kopi.

Program di DAS Bodri dan Balantieng

Salah satu portofolio besar GEF SGP ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bodri di Jawa Tengah. Di sana, 8 kelompok tani mengelola lebih dari 481 hektare lahan kopi Robusta, Arabika, hingga Liberica. Tak kalah penting, program ini juga melibatkan 608 perempuan dalam kegiatan produksi dan pemasaran.

Di DAS Balantieng, Sulawesi Selatan, program GEF SGP mencakup 283 hektare lahan kopi dengan melibatkan 2 kelompok tani. Partisipasi perempuan juga tumbuh signifikan dengan jumlah 176 orang yang terlibat aktif. Kedua contoh ini menunjukkan bagaimana perhutanan sosial tidak hanya soal menjaga pohon, tetapi juga soal memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan, untuk berdaya secara ekonomi.

“Dalam program, kami bekerja dengan lebih dari 70 mitra. Tiap mitra kami bisa menerima dukungan hingga 60 ribu dolar,” jelas Sidi.

Tantangan Kualitas dan Narasi Kopi di Pesona 2025

Di sisi lain, Gusti Laksamana, Sekjen Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), mengingatkan petani bahwa kualitas kopi tidak cukup hanya dengan sertifikasi. Narasi tentang proses penanaman, panen, hingga pengolahan juga penting untuk menarik minat pembeli. Transparansi dan kejujuran dalam menyampaikan kualitas kopi menjadi kunci agar kepercayaan tetap terjaga.

Sementara itu, eksportir kopi Yan Razif menekankan pentingnya proses pascapanen yang higienis. Ia menyarankan agar mesin-mesin pengolahan ditempatkan di ruang bersih dan tertutup untuk menjaga mutu hasil panen.

Festival Pesona 2025 dengan Aroma Kopi Nusantara

Mengangkat tema “Merawat Hutan, Mewariskan Harapan”, Festival Pesona 2025 berlangsung pada 20–22 Agustus sebagai bagian dari peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Selain seminar dan diskusi, pengunjung juga bisa menikmati sesi cupping kopi—proses mencicipi kopi untuk menilai kualitas rasa dan aroma.

Sebanyak 20 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dari berbagai daerah hadir membawa hasil kopi agroforestri mereka. Tak hanya itu, acara ini juga mempertemukan petani dengan jaringan gerai kopi nasional, pegiat perhutanan sosial, masyarakat adat, serta kementerian terkait.

Bagi banyak peserta, festival ini bukan sekadar pameran, melainkan momentum penting untuk membuka peluang pasar, memperkuat jaringan, sekaligus mengangkat kisah perjuangan petani menjaga hutan lewat secangkir kopi.

Kopi yang kita nikmati setiap pagi ternyata menyimpan cerita panjang tentang hutan, ketahanan pangan, hingga pemberdayaan perempuan di desa. Festival Pesona 2025 menjadi pengingat bahwa menjaga hutan tidak selalu berarti menjauh dari ekonomi, melainkan justru membuka peluang baru. Karena di setiap biji kopi, tersimpan harapan yang diwariskan untuk masa depan.

Sumber: https://urbanvibes.id/index.php/2025/08/22/9092-20-agustus-2025-news-festival-pesona-2025-merawat-hutan-mewariskan-harapan-lewat-kopi-nusantara/