(25/7/2025) Panas mentari yang memancar ke Desa Raenyale terasa menyengat kulit. Namun, meski siang itu terik seperti banyak siang lainnya di Pulau Sabu, Julius Terru Kitu tetap teguh memanjat pohon lontar demi menyadap nira. “Sehari 20 pohon,” ujar Julius. ”Satu pohon lima belas menit,” jawab lelaki paruh baya bertubuh kurus dan berkumis itu saat ditanya lama waktu yang ia butuhkan untuk memanjat dan memasang perkakas penyadapan nira di pohon lalu turun kembali menunggu hasilnya. Warga Sabu biasa mengolah nira menjadi tuak dan gula Sabu. Gula kental itu biasa diolah menjadi woperegu—penganan khas Sabu yang terbuat dari campuran tumbukan jagung, kacang, dan gula. Banyak...                            

