(Weaving For Life)
Program Pelatihan dilaksanakan di 3 Lokasi (Pajam, Wakatobi; Semau, NTT; Dan Nusa Penida, Bali) dan Pengembangan Produk di 2 Lokasi Pendamping (Bayan, Lombok Utara dan Palu, Sulawesi Tengah)
*untuk Palu belum bisa dilaksanakan karena terkendala bencana gempa dan tsunami.
Wakatobi: Menghitung dan mencatat jumlah helai benang untuk tiap-tiap warna dalam satu kain.
Pengembangan Motif
Semau: Penggalian motif dasar tenun Semau, yaitu belah ketupat. Trainer WFL Fitria dan Atik mengajak anggota kelompok untuk menggali motif dasar yanga da si semau.
Hasil evaluasi, contoh hal-hal yang menurunkan kualitas produk tenun Semau, yaitu: ikatan benang masing berpasir, motif tidak ketemu, jahitan tidak rapi.
Penggunaan Tenun Semau
Salah satu anggota kelompok, peserta pelatihan melakukan proses ikat benang, sebelum dicelup ke bahan pewarna.
Nusa Penida: Pelatihan pembuatan bahan warna Alam Biru dan Merah
Ibu-Ibu kelompok Alamesari, berlatih membuat bahan warna biru dari indigo lokal, dengan trainer Mas Yudi dari Jombang.
Pembuatan dasar atau perminyakan untuk pewarnaan merah dengan bahan mengkudu. Dan pencelupan benang pada bahan perminyakan (kemiri, kunyit dan daun pepaya).
CAPAIAN KEGIATAN
- Wakatobi: Ada sekitar 8 motif baru yang dihasilkan oleh kelompok Pangilia (Gelatik, Burung Dekukur, Pohon Pisang, Alpukat, Bunga Mentega, Ikan, Bunga Kayu Baduri, Daun Kaldium).
- Contoh motif Kiri ke kanah: Motif Gelatik, Motif Alpukat, Motif Ikan.
- Semau: mengembangkan motif dari motif dasar belah ketupat, tapi belum maksimal. Yang dikirimkan masih sama dengan yang selama ini dibuat.
Nusa Penida: sudah bisa mewarnai benang sendiri. Menghasilkan 4 warna; merah, biru dan kuning dan hijau (campuran dari kuning dan biru).
Warna Biru Indigo
Warna Merah Akar Mengkudu
Warna Kuning Kulit Nangka
Warna Hijau dari kulit nangka dan indigo
Pengembangan Produk
Wakatobi: dengan kain motif baru sudah dibuat produk meetingkit untuk kegiatan Musyawarah Bersama Mitra.
Bayan sudah dibuat produk dan sample produk.
DAMPAK PROYEK
- Dampak positif proyek ini adalah, di masing-masing wilayah mampu membuat tenun dengan motif baru.
- Untuk Wakatobi, Nusa Penida dan Bayan kain yang dihasilkan sudah bisa dipasarkan sendiri. Bahkan ketika WFL pesan untuk dikembangkan jadi produk, sudah kehabisan.
- Untuk Nusa Penida bahkan kain yang ditenun dengan benang hasil pelatihan sudah laku dan belum sempat didokumentasikan dan belum ada sample yang dikirim ke WFL.
- Untuk Bayan, kegiatan pengembangan motif sudah dilakukan sebelumnya oleh Lawe Indonesia bekerjasama denan Bappeda KLU, penjualan juga meningkat. Bahkan mereka sudah mampu mengembangkan produk secara mandiri.
- Untuk Semau, pada tahap pengembanga motif belum bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Bahkan sample hasil pelatihan yang dikirimkan ke WFL, kemungkinan adalah stok yang sudah dibikin sebelum pelatihan.
PENGALAMAN TERBAIK
Wakatobi, selama ini jika membuat tenun tidak punya panduan warna. Yang biasa dilakukan menjajarkan stok benang yang ada. Sejak pelatihan dengan melihat lingkungan sekitar, penenun seakan diberi contekan warna. Sehingga lebih mudah dalam mengkombinasikan warna dan juga dengan memberikan behind story pada masing-masing motif membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli.
Nusa Penida: Peserta sangat antusias belajar pewarnaan alam biru dan merah, bahkan juga mencoba menghasilkan warna lain dengan bahan yang ada disekitar. Hasil tenunan yang dibuat dengan menggunakan benang yang diwarnai pada saat pelatihan sudah laku dijual begitu selesai ditenun.
KEBERLANJUTAN PROYEK/KEGIATAN
- Untuk Wakatobi, ada permintaan dari kelompok untuk mendapatkan pelatihan pengembangan produk.
- Keberlanjutan dari kegiatan ini, WFL melakukan pengembangan produk dengan menggunakan kain-kain hasil pelatihan. Dan khusus untuk Nusa Penida, dengan adanya diskusi dengan Loka Muda diharapkan pemasaran tenun di Alamesari dapat dibantu dengan program dari Loka Muda.
- Untuk Semau, menurut kami agar berat untuk tindak lanjut karena energi yang dibutuhkan sangat besar. Terutama untuk menyesuaikan dengan ritme kerja dan budaya masyarakat.
- Untuk pengembangan produk Bayan bisa terus lanjut.
- Diperlukan adanya modul tentang tenun dan pengembangan usaha tenun.
Media dan Publikasi