Oleh :
Koperasi Usaha Nelayan Mantigola ( KUN Mantigola)
GEF-SGP FASE VI
Dijaganya Keanekaragaman Hayati Melaui Perlindungan Wilayah Laut Kawasan Karang Kaledupa.
Foto 1.1. Musyawarah antara desa Mantigola Dan Horuo untuk Penetapan Lokasi Perlindungan Wilayah Tangkapan Ikan Dikarang Kaledupa setelah beberapa proses seperti identifikasi dan profilyng nelayan, alat tangkap musim dan pasar. Pada pertemuan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan mulai dari perwakilan nelayan, lembaga lokal, pemerintah desa Horuo Dan Mantigola, Sara Barata Kahedupa , UPTD Kelautan Dan Perikanan Kecamatan Kaledupa Dan BTNW Seksi 2 Kabupaten Wakatobi.
Foto.1.2. Kampanye dan sosialisasi lokasi perlindungan wilayah tangkapan ikan di karang kaledupa di desa Mantigola menggunakan baliho setelah dilakukan penetapan lokasi, pemetaan dan pemasangan tanda batas.
Foto.1.3. Pelibatan lembaga lokal dan nelayan dalam ruang-ruang diskusi terutama tentang konsep dan aturan walayah perlindungan lokasi tangkapan ikan.
Foto.1.4. Musyarah bersama antara Desa Mantigola Dan Horu dalam Penetapan Konsep Dan Aturan Wilayah Lokasi Perlindungan Ikan Di Karang Kaledupa.
Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat Melalui Praktik-praktik Perikanan Yang Lebih Baik Dan Berkelanjutan.
Foto.2.1. Identifikasi alat tangkap, lokasi tangkapan dan cara-cara penangkapan ikan yang gunakan oleh nelayan di Desa Mantigola.
Foto. 2.2. Sosialisasi dan diskusi bersama kelompok perempuan dan PKK desa mantigola tentang praktik-praktik pengelolaan hasil perikanan dan pertanian lahan sempit metode hydroponik.
Foto.2.3. Kebun percontohan untuk pertanian lahan sempit metode Hydroponik yang dikerjakan oleh kelompok perempuan Bajo Bangkit Desa Mantigola.
Meningkatnya Pengetahuan Dan Terobosan Bidang Perikanan Untuk Mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat Melalui Kerjasama Dengan Berbagai Pihak Yang Memiliki Kompotensi Terkait Dan Revitalsasi Pengetahuan Lokal Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Foto. 3.1. Identifikasi olahan hasil tangkapan nelayan di Desa Mantigola.
Foto.3.2. Modul pembelajaran penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan untuk sekolah tingkat menengah pertama/sederajat. Bisa juga digunakan di tingkat SD.
Foto.3.3. Stik Ikan hasil praktek diversifikasi olahan pangan berbahan dasar ikan oleh Kelompok Perempuan Dan PKK Desa Mantigola.
Berkurangnya Tekanan Terhadap Hutan Mangrove Di Sekitar Wilayah Pemukiman Masyarakat Desa Mantigola Untuk Kayu Bakar
Foto.4.1. sosialisasi dan musyarah tingkat desa tentang perlindungangan hutan mangrove.
Foto.4.2. Praktek pembuatan tungku hemat kayu bakar di desa mantigola dengan tujuan untuk menekan tingginya penebangan hutan mangrove untuk kayu bakar.
Foto. 4.3. pengunaan tungku hemat kayu bakar oleh masyarakat suku Bajo Mantigola.
Menguatnya Peran Kelembagaan Lokal Untuk Pengambilan Keputusan Partisipatif Yang Berpihak Pada Kelestarian Lingkungan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Foto.4.4. Diskusi bersama lembaga lokal dan nelayan tentang pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Capaian program
- Ditetapkannya secara bersama-sama oleh nelayan mantigola dan Horuo dan para pemangku kepentingan lainya untuk sebuah wilayah perlindungan lokasi tangkapan di karang kaledupa dengan luasan 2.162 ha, telah dipetakan, di sosialisasikan beserta model dan konsep perlindungannya yang dimuat dalam satu nota kesepakatan bersama.
- Teridentifikasinya alat 11 tangkap dan cara penggunaan yang biasa dipakai oleh nelayan suku bajo desa mantigola dan dijadikan bahan dasar dalam penyusunan satu rangkap modul pembelajaran untuk sekolah tingkat pertama dan sederajat.
- Tercetaknya 10 rangkap modul penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dalam bentuk buku saku yang siap digunakan oleh 2 sekolah tingkat pertama yaitu SATAP Mantigola dan MTSs Mantigola.
- Terlaksananya sosialisasi pertanian lahan sempit yang di ikuti oleh 20 keluarga ( masih ada 18 keluarga yang menerapkan pertanian lahan sempit sampai sekarang).
- Terlaksananya diskusi rutin mingguan dengan 58 orang remaja masjid terdiri dari 23 orang perempuan dan 35 orang laki-laki tentang praktek-praktek perikanan yang berkelanjutan dan pertanian lahan sempit selama 2 bulan.
- Adanya 2 jenis produk diversifikasi olahan pangan berbahan dasar ikan ( stik dan donat), hasil dari peningkatan kapasitas untuk 2 kelompok perempuan dan PKK Desa Mantiggola dan di jadikan satu unit usaha BUMDes.
- Terlaksananya pelatihan pembuatan tungku hemat kayu bakar dengang jumlah tungku yang dihasilakn sebanyak 23 tungku dan masih digunakan sampai sekarang.
- Teridentifikasinya 7 lembaga lokal dan 5 stakeholder kunci yang berpartisipasi dalam diskusi rutin dan pengambilan keputusan secara partisipatif tentang kesejahteraan masyarakat.
- 1 paket dokument pelaksanaan selama program (laporan narasi kegiatan, foto, video dan laporan keuangan).
Dampak program
Dampak positif
- Masyarakat desa Mantigola dan Horuo berpartisipasi secara sukarela untuk melakukan pengawasan wilayah perlindungan lokasi tangkapan.
- Nelayan merasa dihargai karena dilibatkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam.
- Berkurangnya pengeluaran 18 anggota keluarga untuk kebutuhan sayur.
- Adanya perubahan prilaku masyarakat untuk melakukan praktek-praktek penangkapan ikan yang berkelanjutan.
- Adanya dukungan dari Sara Barata, BTNW, UPTD Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Wakatobi serta Pemerintah Kecamatan dan Desa.
- Tertariknya instansi pendidikan untuk menggunakan modul pembelajaran penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan.
- Diterapkannya tungku hemat kayu bakar oleh masyarakat.
- Adanya dukungan dari BUMDes untuk membantu kelompok-kelompok perempuan dalam pengelolaan hasil tangkapan ikan (diversifikasi pangan lokal).
- Diskusi dengan lembaga lokal melahirkan konsep pengelolaan hutan mangrove dengan sistim tanam, tebang pilih ( pemberian akses pemanfaatan hutan mangrove) dan disahuti oleh BTNW.
- Kelompok perempuan Bajo bangkit dan Mantigola makmur menjadi wadah transfer pengetahuan bagi generasi muda dalam praktek-praktek pengelolaan hasil perikanan yang berkelanjutan.
Dampak negatif
- Ada kemungkinan nelayanan menyalah gunakan wawanang pengawasan dan perlindungan untuk melakukan penangkapan ikan secara ilegal karena merasa meleka adalah pengawas.
- Ada sebagian masyarakat merasa bahwa konsep perlindungan merupakan masalah menambah banyaknya peraturan dan larangan pemerintah, mempersempit lokasi tangkapan.
- Tungku hemat kayu bakar tidak membuat masyarakat mejadi hemat mengambil kayu bakar.
- Pelaksana program dituduh sebagai mata-mata BTNW yang setiap saat akan melaporkan nelayan.
Pengalaman terbaik
Pengalaman terbaik pelaksana program selama kegiatan adalah proses-proses yang dilewati bersama masyarakat mulai dari pendokumentasian kearifan lokal, tranfer pengetahuan maupun diskusi-diskusi bersama dalam perencanaan dan pengambilan keputusan secara partispatif untuk pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Foto.4.5. Pendokumentasian penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Foto.4.7. Diskusi dan bertukar informasi dengan denerasi muda.
Foto.4.6. Peningkatan kapasitas nelayan dalam penangan hasil tangkapan ikan.
Foto.4.8. Diskusi dengan lembaga dan stakeholdel tingkat lokal tenang usaha-usaha perlindungan sumbe daya alam.
Keberlanjutan program
- Lokasi perlindungan wilayah tangkapan ikan bersama nelayan Mantogola dan Horuo di dorong menjadi PKS, melalui erja sama Nelayan, Sara Barata, pemerintah kecamatan dan BTNW.
- Selain neayan yang secara partisipasi melakukan pengawasan dan perlindungan lokasi tangkapan secara kelembagaan akan di bantu oleh Forum Nelayan Mantigola dan Horuo (program kerja perlindungan dan pengawasan SDA) serta BTNW.
- Dijadikannya Modul pembelajaran penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan sebagai bagian dari mata pelajaran muatan lokal.
- Olahan pangan lokal berbahan dasar ikan menjadi produk unit usaha BUMDes Mantigola.
Media publikasi