Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM | KUPANG– Direktur LSM Pikul, Torry Kuswardono Menyampaikan, Pikul adalah sebuah organisasi yang memayungi delapan LSM lain yang bekerja sejak tahun 2018 di Pulau Semau.
“LSM Pikul bertugas untuk mengarahkan dan menjadi penasehat sekaligus mengharmonisasi dari beberapa program yang ada di Pulau Semau,” ungkapnya kepada POS-KUPANG.COM, Sabtu (24/10).
Ia menjelaskan, tujuan LSM Pikul dan OCD Beach and Cafe bersama dengan organisasi lainnya di Pantai Uiasa ini, karena program ini bukan semata-mata mengembangkan ekowisatanya. Tetapi kaitannya dengan konservasi.
Kembangkan konservasi laut, menurut Torry, adalah sebagai pintu masuk untuk menjaga ekosistem laut yang ada di pantai uiasa ini.
“Kami coba pakai program ini disini karena, Pantai Uiasa memiliki pesisir pantai yang relatif baik terumbu karangnya dan dapat menjadi baik, sehingga para wisatawan maupun warga di desa ini dapat menjaga ekosistem di pantai ini dan bisa merawatnya,” jelasnya
Lebih lanjut, kata Torry, LSM Pikul juga tidak mau mendorong sebuah ekowisata yang para pengunjung datang untuk melakukan kegiatan selfie-selfie saja di pantai ini, melainkan dapat mengeksplorasi alam yang baik serta menjaga kekayaan budaya yang ada di desa ini.
“Banyak kekayaan budaya yang berada di Pulau Semau ini, salah satunya yang ada di Desa Uiasa ini,” katanya
Kekayaan budaya yang ada di Pulau Semau ini seperti, cerita tentang tanjung kurung yang berasal dari Desa Uiasa serta bagaimana asal muasal orang helong berada di Pulau Semau, semuanya berasal dari Desa Uiasa ini.
Ia menjelaskan, pihak mereka tidak mendorong ekowisata yang masal dan terbatas. Tetapi memberikan pengaruh langsung kepada masyarakat desanya.
“Kami tidak mendorong ekowisata yang masal dan terbatas, namun kami mendorong dan memberikan pengaruh langsung kepada masyarakat desa,” bebernya
Ia mengungkapkan, misalnya apabila ada pembangunan hotel dan resort yang mahal, maka hal itu mengakibatkan masyarakat setempat tidak dapat berpartisipasi langsung. Tetapi dengan membangun ekowisata yang berbasis masyarakat seperti, camping ground dan para wisatawan yang bisa langsung tidur bersama di rumah warga, hal ini bisa membangun kedekatan pengunjung dengan masyarakat.
Sehingga orang ingin berwisata bukan hanya ingin jalan-jalan, tapi sekaligus bisa mengenal dan menggali kekayaan budaya yang ada di tempat wisata tersebut.
“Pulau semau hampir hilang beberapa kekayaan budayanya seperti, salah satu contoh itu budaya kulinernya. Hal ini yang kami coba untuk bangkitkan kembali supaya dapat diwariskan ke anak cucu mereka,” ujarnya
Hal ini juga bisa menjadi sumber kekayaan genetik misalnya, seperti makanan khas waji pulut hitam yang dikelolah oleh ibu-ibu di Desa Uiasa. Namun waji pulut hitam ini, bukan dari beras pulut hitam biasa, melainkan dari beras hitam khas orang semau.
Beras hitam asli dari pulau semau ini hampir punah, karena hanya sedikit beberapa masyarakat yang menanamnya. Maka dibangkitkan kembali untuk menanam beras hitam, karena berkaitan dengan budaya.
“Salah satu contohnya, di zaman dahulu dalam kegiatan adat untuk masuk minta menggunakan kue cucur. Namun kue cucur itu tidak gunakan tepung biasa, melainkan harus tepung beras hitam,” tambahnya
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Direktur Pikul : LSM Pikul Memayungi 8 LSM Lain Yang Bekerja di Pulau Semau, https://kupang.tribunnews.com/2020/10/24/direktur-pikul-lsm-pikul-memayungi-8-lsm-lain-yang-bekerja-di-pulau-semau?page=all.
Editor: Ferry Ndoen