“Hyang Dollar telah tiba. Tuhan yang sebenarnya telah tiada. Kafe yang ramai, pura-pura sepi. Tarian dan upacara sakral menjadi tontonan wisatawan. Kami akan menjadi kuat suatu hari nanti.” (Mangku Wayan Leser, tokoh adat di Nusa Penida). Pengetahuan lokal tentang pengelolaan kekayaan alam mulai hilang dari Nusa Penida, Wakatobi, Semau, dan Gorontalo. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari tekanan industri pariwisata, intensifikasi pertanian, program pemerintah, terbukanya akses transportasi dan informasi, hingga stigma tertentu. Akibatnya, ketahanan masyarakat menjadi sangat rentan ketika krisis melanda. Buku ini mencoba mengumpulkan penggalan memori tentang kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam yang tersebar. Serta menawarkan pemikiran alternatif untuk membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi krisis.
https://drive.google.com/file/d/1hcfu0NgHMHiRe__23IZo_2XzjgG7naDB/view?usp=sharing