- Musim hujan tahun 2020 di Bali terasa cukup pendek dan curahnya rendah. Upaya penghijauan lahan perlu dipertimbangkan lebih presisi agar tanaman bisa hidup.
- Sebuah kelompok penenun di Nusa Penida sedang menanam kembali aneka tanaman bahan baku pewarna alami.
- Karena sebagian lahan terjal, brupa tebing, dan didiami monyet ekor panjang, penanaman konvensional cukup menyulitkan.
- Salah satu strategi yang sedang dicoba adalah membuat “bom” benih, ribuan bola-bola tanah berisi benih dilemparkan ke lokasi sulit dijangkau itu.
Tumpukan wadah telur dari kertas terlihat penuh berisi bulatan-bulatan tanah. Setidaknya ada 10 baris dan 3 tumpukan yang terlihat di rumah Luh Sari, seorang warga Dusun Tanglad, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
“Anak-anak muda yang buat itu beberapa hari ini,” ujarnya. Ia mengaku kelompok penenun di dusunnya sedang berupaya menumbuhkan aneka tanaman bahan baku pewarna alami. Salah satu materi penting untuk kerajinan tenun yang sedang dilestarikan di Tanglad, kampung yang terkenal dengan tenun Cepuk. Jenis tenun yang cukup langka saat ini karena sudah jarang dibuat, di ambang kepunahannya.
Sementara jenis tenun Rangrang, kain khas Nusa Penida lainnya masih lebih banyak dibuat karena lebih mudah diselesaikan dan warna yang digunakan lebih banyak pewarna sintetis, bukan alami.
Gede Agustinus Darmawan yang akrab dipanggil Timbool adalah salah satu anak muda penekun pewarna alami yang sedang berkegiatan di Dusun Tanglad bersama warga penenun. Mereka mendukung produksi pewarna alami dari aneka tumbuhan untuk kain tenun dan kini berusaha menanam kembali sejumlah tanaman bahan baku pewarna yang makin hilang. Kegiatan ini bagian dari program GEF-SGP yang dikoordinir Yayasan Wisnu.
baca : Mengembalikan Hijaunya Hutan dari Udara
Selain menanam bibit secara konvensional di lahan-lahan milik penenun, kelompok tenun Alam Mesari ini juga mencoba menanam dengan model seeds bomb atau seeds bombing. Melempar “bom” benih untuk menjangkau area yang sulit dijangkau seperti tebing dan perbukitan di sekitar dusun mereka.
Nusa Penida bersama Lembongan dan Ceningan merupakan kepulauan di Kabupaten Klungkung yang makin terkenal sebagai tujuan wisata di Bali. Untuk menyeberang ke ketiga pulau itu, perlu waktu sekitar 20-45 menit tergantung lokasi penyeberangan speedboat.
Benih-benih benih dalam bentuk “bom” ini pada Jumat (14/2/2020) lalu sudah terlihat tumbuh seperti tunas kacang ijo, dibuat pada dalam hari berbeda. Ada yang sudah berusia satu bulan dan satu minggu.
Ratusan ‘telur’ tanah itu memang tak sama, ada yang sudah bertunas, ada yang belum. Ada juga yang lebih cepat tubuh tunasnya karena tersiram air hujan setelah dibuat bulatan-bulatan.
“Saat musim penghujan baru disebar. Kemungkin hidup 50%,” kata Timbool. Metode bom benih ini digunakan untuk menghijaukan lahan yang sulit dijangkau, sehingga lebih spekulatif. Sudah 8000 benih yang dimasukkan bom benih. Dalam satu “bom” diisi 10-15 biji benih dan isinya benih tanaman perintis seperti turi, orok-orok, dan gereng-gereng. Sementara untuk bibit tanaman pewarna adalah tarum. Benih-benih dalam “bom” ini difokuskan terlebih dulu untuk menyuburkan tanah. “Pohon-pohon itu pembuat lapisan tanah, daunnya cepat gugur,” ujarnya.
Dalam satu “bom” yang dilempar diharapkan akan ada beberapa benih yang berhasil bertahan dan mengisi lahan pulau Nusa Penida yang kurang produktif. Karena dominan bebatuan karang, “bom” benih ini diperkirakan akan terpecah setelah dilempar. Karena itu satu bulatan diisi belasan benih agar menyebar.
baca juga : Cerita Dolphin, Penyelamat Tukad Mati Penerima Kalpataru dari Bali
Lahan-lahan kelompok penenun kain menjadi prioritas di antaranya tebing yang sulit dijangkau, daerah terjal, dan area dengan banyak hama monyet. Selain metode “seeds bombing”, penghijauan juga dilakukan dengan menanam bibit terutama tanaman bahan baku pewarna alami seperti mengkudu, secang, indigo, dan tarum.
Kelompok tenun Alam Mesari ini sedang terus berupaya membuat pewarna alami, salah satu proses yang tak mudah dan hanya bisa dilakukan sedikit penenun. Setelah pemantapan warna alami di Tanglad, diikuti pengembangan produk turunan jahit dan desain. Kemudian program pemasaran.
Dahulu kala, Nusa Penida dikenal pemasok pewarna lokal karena kualitas pewarna alaminya dinilai tinggi. Tanah gersang dan berbatu, jika bisa diolah, menganugerahkan hasil tani yang lebih baik. Sejumlah pewarna yang dihasilkan misalnya dari akar mengkudu, tarum, mangga, dan ketapang.
Dilakukan di sejumlah negara
Dalam satu hari, satu pesawat bisa menyebarkan hingga 900 ribu benih pohon, sebagaimana dikutip dari The Guardian. Meski begitu, seed bombing yang dilakukan Thailand menggunakan metode berbeda. “Bom-bom” ini dibuat dari tanah liat, kompos, dan benih. Setelah dilontarkan dari udara, bom-bom ini dirancang untuk bisa ‘mengubur diri’ ke dalam tanah dengan kedalaman yang sama sebagaimana kita menanam benih pohon secara manual.
Beberapa benih dimasukkan ke dalam gumpalan bola-bola kompos yang dibungkus tanah liat. Masing-masingnya mengandung pupuk dan bahan yang mampu menyerap kelembaban di sekitarnya untuk menyiram akar pohonnya. Thailand melakukan hal ini secara masif sejak pertengahan 2016 lalu.
Ide seed bombing disebut sudah ada sejak lama. Masanobu Fukuoka dari “Do Nothing Farming” mempopulerkan ide ini. Seed bombing pertama kali yang tercatat dalam sejarah adalah pada 1930, saat pesawat-pesawat udara digunakan untuk menghijaukan beberapa kawasan gundul di pegunungan sekitar Honolulu.
Salah satu referensi bagaimana membuat bulatan-bulatan “bom” benih ini, bisa ditemukan di laman Wikihow. Dari laman ini sejumlah tips adalah beli atau panen benih Anda. Beli atau panen benih berkualitas yang akan tumbuh dengan baik di area yang luas atau di tanah yang buruk, tanpa perlu terlalu banyak perhatian.
Jangan memilih tanaman apa pun yang akan menyebabkan kerusakan ekologis atau lainnya seperti gulma, tanaman invasif, atau tanaman yang memiliki sistem akar yang merusak. Jika tidak yakin, cari tahu tanaman mana yang merupakan tanaman bermasalah untuk area atau wilayah Anda; jangan hanya mengandalkan informasi umum karena beberapa tanaman mungkin ideal di lingkungan lokal tetapi bisa jadi hama yang merajalela.
Tips lain, pertimbangkan seluruh habitat saat memilih benih. Apakah Anda ingin benih yang akan menciptakan seluruh habitat baru atau Anda hanya ingin benih yang akan menyediakan beberapa varietas tanaman atau tanaman?
Hal terpenting adalah memantau lokasi yang dilemparkan “bom” benih itu. Apakah memang ada yang tumbuh dan berapa persen kemungkinan hidupnya. Timbool berencana mencatat sejumlah titik kordinat lokasi bola-bola benih itu dijatuhkan.
***
Keterangan foto utama : Kapal berjejer di pantai Nusa Lembongan, Klungkung, Bali. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia