Gorontalo – Binthe kiki atau jika diartikan “jagung kecil” adalah jagung varietas lokal Gorontalo yang telah terdaftar secara resmi pada Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) tahun 2018. Namun begitu, kondisi jagung ini dinyatakan hampir punah sebab kalah saing dengan jagung hibrida sejak Gorontalo menggaungkan diri sebagai provinsi jagung.
Padahal jagung ini memiliki sejumlah keunggulan dibanding jagung hibrida yang hanya bisa hidup dengan pupuk dan pestisida. Binthe kiki bisa panen dengan masa tanam 2 bulan 10 hari, sedangkan jagung hibrida bisa sampai 4 bulan atau 120 hari.
Keunggulan lainnya yang dimiliki jagung kecil ini adalah tahan hama wereng, kadar air rendah sehingga sekali jemur sudah kering. Binde kiki ini juga padat dan tahan lama meski disimpan berbulan-bulan. Selain itu rasanya juga cukup manis, cocok dibuat sup jagung atau binthe biluhuta, makanan khas Gorontalo.
Menyadari hal tersebut, kelompok perempuan yang menamakan diri Cinta Kasih di Desa Juria, Kecamatan Bilato, Kabupaten Gorontalo, berinisiatif untuk menanam kembali binthe kiki. Tak sekadar menanam, mereka juga membuat olahan stik jagung untuk dipasarkan dengan harapan jagung ini kembali diminati.
“Awalnya kami di desa ini binthe kiki memang ditanam bersamaan dengan jagung hibrida, binthe kiki untuk kami konsumsi sehari-hari, dibuat beras jagung, dan jagung hibrida itu yang kami jual,” terang Mirna Moito (39), salah satu anggota kelompok Cinta Kasih. Kamis (20/8/2020).
Bermodalkan 350 ribu rupiah, mereka bisa mengolah 5 kg jagung menjadi 110 kemasan berukuran 100 gram, setiap 1 kemasannya dijual dengan harga 15 ribu rupiah. Sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang lumayan.
Pengolahan stik jagung binthe kiki ini akibat intervensi dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang melakukan penguatan lembaga lokal di desa itu. Didampingi oleh organisasi perempuan, Wire-G dan organisasi lingkungan, Japesda.
Sedangkan pendanaan datang dari Global Environment Facility (GEF), yang merupakan organisasi internasional yang mendapat mandat dari konvensi-konvensi lingkungan internasional yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia.
“Kami melihat di desa ini kan memang banyak jagung, khususnya jagung lokal yang hampir punah, juga ada kelompok perempuan yang memang suka buat kue, maka kami mencoba membuat camilan berupa stik jagung dari binthe kiki,” kata Atay Hala, pendamping dari Wire-G.
Pembudidayaan dan pengolahan binthe kiki oleh Kelompok Cinta Kasih bukannya tanpa halangan, selain harus bersaing dengan jagung hibrida yang laku di pasaran, mereka juga terkendala dengan pengurusan izin yang cenderung berbelit-belit dan relatif susah diurus.
“Belum ada izin PIRT (Produk Industri Rumah Tangga), kami takut untuk memasarkan secara bebas, selama ini baru dipasarkan jika ada pameran-pameran pangan,” ujar Mirna. -dfr-
Sumber : https://realita.id/kelompok-perempuan-di-gorontalo-budidayakan-kembali-jagung-lokal-yang-hampir-punah/