Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG – Komunitas Kupang Batanam, yang berfokus pada isu pertanian pekarangan dan pangan lokal ramah lingkungan, memperkenalkan inovasi terbaru untuk mengatasi keterbatasan air di Provinsi NTT.
Program ini berlangsung dari Agustus 2023 hingga Januari 2025, dengan dukungan dana dari Global Environmental Facility – Small Grants Programme (GEF-SGP) Indonesia Fase 7
Komunitas ini meluncurkan Program “Mendorong Pertanian Berkelanjutan untuk Perempuan Sabu Raijua (Agroecology for Mobenni Do Hawu)” yang bertujuan meningkatkan pertanian ramah lingkungan dan pangan lokal di Sabu.
GEF-SGP mendukung komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dengan fokus pada ekosistem hutan, pesisir, air bersih, laut, pegunungan, agrobiodiversitas, energi terbarukan, dan konservasi energi.
Tiga kegiatan utama yang dilakukan oleh Komunitas Kupang Batanam adalah pemanfaatan kebun gizi keluarga, pengembangan kebun ketahanan pangan, dan pengembangan kultivar lokal Sabu.
Salah satu inovasi penting adalah teknologi filter air limbah rumah tangga, yang memungkinkan penggunaan kembali air bekas cucian piring, pakaian, dan mandi untuk menyiram tanaman.
Lenny Mooy, Koordinator Program dan Dosen di Politeknik Pertanian Negeri Kupang, menjelaskan bahwa filter ini menggunakan bahan lokal seperti pasir, sabut kelapa, kerikil, biji kelor, dan arang untuk menyaring air limbah.
“Kami menggunakan bahan-bahan lokal untuk menyaring air limbah cuci piring, pakaian, atau mandi untuk bantu masyarakat atau petani,” kata Lenny kepada POS-KUPANG.COM, Selasa 28 Mei 2024.
Lanjut disampaikan, air yang sebelumnya terbuang kini dapat dimanfaatkan kembali, memberikan solusi bagi ibu rumah tangga yang sering kesulitan air untuk menyiram tanaman.
Salah satu warga, Welmince Tade dari Desa Matei, mengungkapkan manfaat besar dari teknologi ini.
“Alat filter dan pupuk organik cair sangat membantu kami karena bisa mendapatkan air untuk menyiram tanaman sehingga sayur selalu tersedia setiap hari dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya,” kata Welmince.
Selain teknologi filter air, program ini juga mengembangkan kebun ketahanan pangan bagi 10 keluarga, yang menanam tanaman pangan lokal Sabu pada musim hujan dan sayuran serta pangan lainnya di dekat sumber mata air pada musim kemarau.
Sepuluh keluarga lainnya menanam kultivar lokal Sabu, seperti padi merah lahan tegalan dan bawang merah dengan isi dalam putih, yang langka di Pulau Sabu.
Melany Rodjo Wadu, Fasilitator Lapangan Komunitas Kupang Batanam, menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam keberhasilan proyek ini.
“Partisipasi masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program ini,” tambah Melany.
Teknologi yang diterapkan dalam proyek ini meliputi pembuatan pupuk organik cair, biopestisida, mikroorganisme lokal, eco-enzim, tribio, perangkap hama, teknologi hemat air, dan biochar ekstra.
Semua teknologi ini diaplikasikan pada kebun gizi keluarga, kebun ketahanan pangan, dan kebun kultivar lokal, membantu petani perempuan mengatasi keterbatasan sumber daya dan mengembangkan praktik pertanian berkelanjutan.
Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kondisi geografis yang kering di Pulau Sabu, dengan harapan meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.(*)
This article was published on Pos-Kupang.com dengan judul Kupang Batanam Hadirkan Teknologi Filter Air Limbah Rumah Tangga untuk Atasi Keterbatasan Air, https://kupang.tribunnews.com/2024/05/28/kupang-batanam-hadirkan-teknologi-filter-air-limbah-rumah-tangga-untuk-atasi-keterbatasan-air?page=all.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso