SEORANG bapak tua menatap empat perempuan yang dudukdi meja sebelahnya di restoran Hotel Pelangi, Kupang, pada pagi cerah itu. la tertarik melihat keempatnya yang terkesan canggung dan malu-malu di tempat itu. Mereka bercakap-cakap dengan suara perlahan, seakan takut orang-orang di sekitar tempat itu mendengarkan. Mereka juga saling dorong ketika akan mengambil nasi goreng, telur dadar, dan irisan timun yang disediakan prasmanan. Tak kuat menahan rasa ingin tahu, bapak itu menyapa mereka.
“Selamat pagi! Kalian dari manakah? “tanyanya ramah. Dua dari para perempuan itu tersentak kaget dan sedikit menarik diri. Dua lainnya tersenyum pada bapak tua itu. Hanya seorang yang menjawab, dengan suara lembut nyaris tak terdengar. “Kami dari Pulau Semau.” Wajah bapak itu berubah. la seperti terperanjat dan bergidik. “Wah, pulau swanggi itu!” serunya dengan suara cukup keras. Keempat perempuan itu serempak pecah dalam tawa. Mereka terlihat geli.
Baca