Sudah sejak lama, petani di Gorontalo arif dalam mengelola sumber daya alam. Di masa lalu, mereka memiliki Panggoba dalam struktur pemerintahan kampung, bersama kepala desa (pemimpin kampung), panglima (keamanan), dan imam (agama). Panggoba di masa itu bertindak sebagai “menteri pertanian”. Tanggung jawabnya meliputi segala hal ihwal terkait pertanian di desa, seperti menentukan musim tanam lewat pembacaan rasi bintang dan tanda-tanda alam, mengatasi hama dan penyakit, serta mengatur mekanisme relasi sosial antarwarga saat menanam maupun mengolah hasil panen.
Namun, pada masa Orde Baru, Reformasi, hingga Nawacita sekarang ini, Panggoba kehilangan peran. Mereka kerap dituduh melakukan praktik bidaah. Juga, tersingkirkan oleh kebijakan industriliasi pertanian, macam Revolusi Hijau dan Agropolitan berbasis komoditas jagung. Saat ini hanya sedikit Panggoba yang tersisa di seantero Gorontalo, itu pun sudah lanjut usia dan tak lagi digubris. Padahal kearifan mereka sangat penting dalam sistem pertanian yang berkelanjutan.
Jika Anda tertarik pada isu kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam, serta ingin tahu lebih jauh tentang kisah sedih para pembaca bintang ini dan upaya-upaya revitalisasi peran Panggoba yang dilakukan dewasa ini, maka sangatlah tepat untuk ikut TM Share Volume 16 (besutan Terasmitra) via aplikasi Zoom dengan tema “Elegi Para Pembaca Bintang”.
Diskusi akan diselenggarakan pada Sabtu, 13 Juni 2020, pukul 10.00 – 12.00 WIB.Bersama narasumber:▪ Dr. Jusna Ahmad – PK EPKL Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo▪ Dr. Terri Repi – Agraria Institut▪ Saha Saili (Opa Mani) – PanggobaModerator:▪Ery Damayanti – Peneliti dan Wakil Presiden Kaoem TelapakPenanggap:▪Rhino Ariefiansyah – Dosen Antropologi Universitas Indonesia
Pendaftaran: https://tiny.cc/RegisTMShareVol16Meeting ID : 849 9873 5172