
(11/6) Angin sore mengayun lembut pelepah-pelepah aren di Desa Bajiminasa, membungkus aroma nira segar yang baru diturunkan dari pohon. Di bawah rindan pohon tua itu, suara-suara berdiskusi berpadu dengan dentingan sendok kayu di kuali pengolah gula—sebuah simfoni kecil dari desa yang menjaga hutan lewat ladang dan tradisi.
Pada Selasa, 10 Juni 2025, kebun aren milik Dahire, seorang petani di Desa Bajiminasa, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menjadi panggung dialog lintas sektor yang hangat dan penuh semangat.
Dalam suasana akrab dan terbuka, para petani aren dari wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangtieng berkumpul bersama akademisi, organisasi lokal, tim dari Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP), serta perwakilan pemerintah desa dan kabupaten.
Gula aren terbaik tanpa campuran kimia
Diskusi ini difasilitasi oleh Dana Mitra Tani, yang menggagas pentingnya ruang dialog langsung antara pelaku lapangan dan pengambil kebijakan untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan produk lokal berbasis hutan.
Di sela sesi berbagi, seorang petani, Baharuddin, memaparkan teknik tradisional perawatan pohon aren serta cara menjaga mutu nira sebagai bahan baku utama gula merah. Ia menekankan bahwa kualitas gula aren terbaik berasal dari proses yang bersih dan alami tanpa campuran kimia.
“Satu tetes nira itu mahal kalau kita rawat baik-baik. Gula merahnya lebih legit, tahan lama, dan aman untuk dikonsumsi,” katanya sambil menunjukkan alat sadap nira yang ia gunakan setiap pagi.
Kegiatan ini juga dihadiri Syahida, S.Hut., M.Si., Ph.D., Wakil Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, yang memberi penghormatan khusus kepada para petani yang masih konsisten merawat pohon aren di tengah tekanan alih fungsi lahan.
“Kebun-kebun aren ini bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga bagian dari upaya konservasi. Para petani adalah penjaga hutan yang sebenarnya,” tegasnya.
Menurutnya, keberadaan petani aren tak hanya menyuplai kebutuhan pasar gula merah, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap ketahanan ekologis DAS Balangtieng yang semakin rentan terhadap perubahan iklim.
Kolaborasi jangka panjang
Sri Puswandi, Ketua Dana Mitra Tani, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi jangka panjang. Ia menekankan bahwa pertemuan seperti ini harus menjadi titik awal untuk membangun sistem produksi yang adil, berkelanjutan, dan menguntungkan petani secara ekonomi.
“Kami ingin ke depan, para petani aren di Bulukumba bukan hanya bertahan, tapi juga berkembang secara ekonomi melalui kolaborasi yang kuat,” ujar Sri Puswandi.
Pertemuan tersebut ditutup dengan komitmen bersama: memperkuat kelembagaan petani, memperluas akses pasar, dan menjaga kelestarian alam melalui praktik bertani yang bijak dan berbasis kearifan lokal.***
Sumber: https://wartabulukumba.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-879408733/usaha-gula-aren-ramah-lingkungan-bulukumba-dipantau-gef-sgp-petani-desa-bajiminasa-dapat-dukungan-global?page=2

