WartaBulukumba.Com – Di megahnya Arenga pinnata, sebutan ilmiah pohon aren, kehidupan petani penyadap gula aren sebagaimana batang pohon penghasil nektar yang tinggi dan kokoh, menopang dedaunan yang menari-nari tertiup angin, menyimpan rahasia kehidupan yang sederhana namun penuh warna di pelosok-pelosok Bulukumba. Salah satunya di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Balantieng. Setiap hari, petani gula aren dengan setia menyambangi pohon-pohon ini, menapaki jejak nenek moyang yang telah lama menjalin simbiosis dengan alam. Di tangan mereka, sapuan manis nektar aren menjadi gula, membawa kehidupan dan harapan. Pohon aren adalah juga simbol kesadaran lingkungan, menautkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Sebuah revolusi kecil sedang berlangsung. Di tengah hamparan kebun aren yang rimbun, 100 petani penyadap gula aren, bersama keluarga mereka, berkumpul untuk mempelajari sesuatu yang mungkin akan mengubah masa depan mereka dan lingkungan sekitar: pengetahuan tentang perubahan iklim.
Baca Juga: Dana Mitra Tani melatih petani gula aren dari 12 desa di Bulukumba: Produksi dan pelestarian ekosistem Komunitas petani gula aren yang sadar lingkungan Ketua Dana Mitra Tani, Sri Puswandi (kemeja kotak-kotak)//WartaBulukumba.Com Inisiatif ini, yang dipelopori oleh Dana Mitra Tani, bukan sekadar pelatihan biasa. Ini adalah gerakan menuju adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang berkelanjutan, khususnya di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangtieng.
Kegiatan pendidikan ini tidak hanya menjangkau satu atau dua desa, melainkan merambah ke 12 desa di tiga kecamatan: Rilau Ale, Kindang, dan Bulukumpa. Ketua Dana Mitra Tani, Sri Puswandi, mengungkapkan, inilah bukti nyata dari komitmen Dana Mitra Tani dalam mewujudkan komunitas petani gula aren yang sadar lingkungan. “Kegiatan ini juga merupakan bagian integral dari program mereka untuk mengembangkan dan mendampingi komunitas petani gula merah,” terang Sri Puswandi kepada WartaBulukumba.Com pada Sabtu, 13 Januari 2024. Baca Juga: Petani 12 desa di Bulukumba bersama Dana Mitra Tani dan UNDP mendukung pemulihan ekosistem DAS Balangtieng Mengapa fokus pada petani gula aren? Jawabannya terletak pada signifikansi gula aren sebagai produk lokal yang berpotensi besar dalam perekonomian daerah. “Dana Mitra Tani melihat ini sebagai peluang untuk mengintegrasikan praktek pertanian yang berkelanjutan dengan pelestarian ekosistem DAS Balangtieng,” jelasnya. Dengan bantuan dari Global Environment Facility – Small Grants Programme (GEF-SGP), Yayasan Bina Usaha Lingkungan, dan United Nations Development Programme (UNDP), mereka mampu membawa visi ini menjadi kenyataan. Pendidikan ini tidak semata-mata teori. Di setiap kelas, yang diikuti oleh 30 petani dari empat desa, para peserta diajak untuk memahami bagaimana perubahan iklim secara langsung mempengaruhi kehidupan dan keberlanjutan usaha mereka. Baca Juga: Teach4Hope dari KitaBisa beri pelatihan Prakerja gratis untuk penyandang disabilitas di Bulukumba Sulsel Proklim KLHK Muhammad Ardi Nur, S.Kel, M.Si dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bulukumba, membawa wawasan dan pengalaman langsung dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, memberikan panduan praktis dan aplikatif kepada para petani. Selain itu, Dana Mitra Tani juga mempersiapkan beberapa desa untuk terdaftar dalam Program Kampung Iklim (Proklim) yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.
Kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba membuka jalan bagi implementasi program ini secara efektif. Inisiatif Dana Mitra Tani ini lebih dari sekadar pelatihan; ini adalah upaya untuk membangun kesadaran dan kapasitas di tingkat akar rumput. “Melalui pendidikan ini, diharapkan 100 keluarga petani tidak hanya memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang perubahan iklim, tetapi juga siap untuk mengambil langkah konkrit dalam adaptasi dan mitigasi dampaknya,” tandas Sri Puswandi. Kegiatan ini membuka mata para petani tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam sembari menjalankan usaha mereka. Pendidikan perubahan iklim bagi petani gula aren ini lebih dari sekadar transfer ilmu. Ini adalah dialog, pertukaran ide, dan kolaborasi antara berbagai pihak: petani, pemerintah, lembaga lingkungan, dan masyarakat umum. Program ini membuktikan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah global, tetapi juga lokal, yang membutuhkan tindakan di semua level. Melalui pendampingan dan pelatihan ini, Dana Mitra Tani tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan semata. Program ini juga membawa dampak sosial dan ekonomi. Dengan praktek pertanian yang lebih berkelanjutan, petani gula aren diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi mereka. Ini bukan hanya tentang membuat gula aren, tetapi membuatnya dengan cara yang meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.***
Sumber Artikel berjudul “Wajah Bulukumba dari petani gula aren: Menyemai kesadaran lingkungan di DAS Balantieng bersama Dana Mitra Tani”, selengkapnya dengan link: https://wartabulukumba.pikiran-rakyat.com/ekobis/pr-877587121/wajah-bulukumba-dari-petani-gula-aren-menyemai-kesadaran-lingkungan-di-das-balantieng-bersama-dana-mitra-tani?page=all