Mahrun masih muda. baru 35 tahun. ia bukan pejabat pemerintah. la hanya seorang petani yang tinggal di tepi hutan dan guru ngaji di kampungnya. Namun tugasnya sudah melebihi para pejabat di kampung. Hampir tiap hari, dia selalu menerima berbagai pengaduan masyarakat. Mulai dari masalah pertanian yang kurang subur hingga kesulitan ekonomi.
“Pak Ustadz, kenapa hidup kita selama ini tidak pernah berubah. Kita selalu hidup dalam kemiskinan. Kita memiliki lahan pertanian, tetapi tidak bisa ditanami apa-apa. Mau tanam jagung atau kacang tidak bisa menghasilkan. Paling-paling hanya ditanami ketela pohon saja. Itupun baru bisa panen setelah 8 bulan”. keluh salah satu jemaahnya.
Sayangnya, tiap pertanyaan serupa muncul, sang ustadz tak mampu memberi solusi. ‘Mudah-mudahan pertolongan Allah bisa segera datang, yang penting kita harus rajin berdoa dan berusaha”. Hanya itu tanggapan Ustadz Mahrun. Meski ia tahu berdoa saja tak cukup. Tapi ustadz lulusan Madrasah Aliyah di salah satu pondok pesantren di Kota Mataram ini cuma bisa menguatkan batin jemaahnya. Tak lebih.