(+62) 21 720 6125 ︱ (+62) 21 727 90520

en_US English
en_US English id_ID Bahasa Indonesia

Join Us!

Instagram Facebook-f Linkedin-in Twitter
  • Home
  • SGP Indonesia
  • Proposal
  • Publication
    • Grantees Product
    • News
    • Books
    • Photostory
    • Grantees Partner's Report
  • Gallery
  • Guidelines
  • Contact Us
  • Data Online

Menu Categories
  • Home
  • SGP Indonesia
  • Proposal
  • Publication
    • Grantees Product
    • News
    • Books
    • Photostory
    • Grantees Partner's Report
  • Gallery
  • Guidelines
  • Contact Us
  • Data Online
  • Solar Panels
  • Wind Turbine
  • Biomass
  • Geothermal
  • Monocrystalline
  • Polycrystalline
Facebook Twitter Youtube Linkedin Whatsapp

Sekolah Kampung Pabuto Nantu: Nyala Asa Para Transmigran di Tepi Hutan

13/09/2025 /Posted byadmin sgp
Anak-anak transmigran memanfaatkan buku di perpustakaan Pabuto Nantu. Buku-buku ini merupakan hibah dari lembaga atau individu yang peduli pendidikan di daerah terpencil.(DOK. SEKOLAH KAMPUNG PABUTO NANTU)

(13/9/2025) Jauh dari pusat kota, suasana riuh terlihat di permukiman transmigrasi Satuan Permukiman (SP) 3 Desa Saritani, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, daerah yang bisa dimasukkan dalam kategori 3T, tertinggal, terdepan, dan terluar.

Sejumlah pria mencangkul tanah di samping bangunan perpustakaan yang juga digunakan tempat belajar Sekolah Kampung Pabuto Nantu. Pria lain memotong bambu dan kayu untuk dijadikan pagar. Sedangkan beberapa wanita terlihat merapikan sampah bekas potongan kayu.

Meski matahari sudah meninggi, namun suasana tidak terlalu panas. Angin segar berembus dari hutan belantara yang tidak jauh dari permukiman. Tempat ini merupakan daerah paling ujung, di tepi Suaka Margasatwa (SM) Nantu dan juga hutan Pabuto.

“Kami tengah membuat perkebunan mini sekolah kampung,” kata Rojer Manopo, seorang petani yang mengabdikan diri di Sekolah Kampung Pabuto Nantu, Sabtu (13/9/2025).

Rojer mengungkapkan, pendidikan di sekolah ini berbasis masyarakat petani. Pelajaran yang banyak didiskusikan selalu terkait dengan kebutuhan para petani dalam mengolah ladangnya.

Apalagi, para transmigran ini baru pada tahap rekonstruksi kehidupan, sangat membutuhkan penguatan.

“Tidak semua taransmigran berlatar belakang petani, tiba-tiba mereka menjadi petani yang lahannya bergunung-gunung, sangat berbeda dengan daerah asal,” ujar Rojer.

Berangkat dari kebutuhan yang sama inilah, para petani mendirikan sekolah kampung yang diberi nama Pabuto Nantu karena lokasi permukiman mereka berada di antara hutan Pabuto dan belantara Nantu.

Sekolah ini bukan sekolah formal, tidak tercatat di administrasi pemerintahan. Namun demikian, sekolah ini memiliki koleksi buku yang memadai bantuan dari berbagai lembaga dan perpustakaan nasional.

Sekolah ini didirikan para transmigran, menempati bangunan bekas gudang penyimpanan jatah hidup (Jadup) yang sudah tidak dimanfaatkan. Para petani bersepakat mengubahnya menjadi tempat belajar.

Bunaeri, sesepuh transmigran ditunjuk sebagai kepala sekolah pada tahun 2021. Proses mufakatnya sederhana dalam satu pertemuan yang disuguhi kopi dan ubi rebus.

“Pendidikan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan para petani,” ujar Bunaeri. Bunaeri bersama transmigran muda asal Yogyakarta bernama Vial Gruvi Bullyanto mendorong kemajuan bertani melalui sekolah kampung ini.

Vial menyontohkan para petani membuat pupuk organik cair berdasar panduan buku dan informasi melalui media sosial yang kemudian diskusi bersama petani lain.

Setelah pupuk organik jadi, mereka langsung mengaplikasikannya di ladang. Bunaeri mengaku, hasil pupuk buatan mereka tidak seketika mengubah tanaman mereka subur seperti pupuk buatan pabrik.

Namun, produk mereka secara perlahan mampu meningkatkan hasil panen, bahkan umur tanaman lebih panjang dari biasanya, dan ramah lingkungan. Pupuk organik ini menjadi pilihan di saat pupuk langka dan harganya mahal.

Melalui literasi ini juga para petani membangun jaringan air bersih sepanjang 3 kilometer dari hutan kemasyarakatan (HKm) Pabuto menuju permukiman warga. Jaringan air bersih ini menjadi cikal bakal pembangunan jaringan Pamsimas.

Vial mengakui mengelola sekolah kampung bukan perkara mudah bagi para petani yang hampir sepanjang hari berada di ladang. Aktivitas literasi dilakukan setelah bekerja seharian di ladang setiap hari Kamis atau Minggu. Petani membawa anak-anaknya memanfaatkan waktu untuk belajar.

Bahan bacaan bagi anak-anak juga tersedia, meskipun tidak seluruh buku tersedia untuk semua jenjang.

Jenjang pembaca ini merupakan pengelompokan kemampuan membaca seseorang, misalnya buku untuk pembaca dini lebih banyak didominasi gambar sederhana dengan beberapa kata dalam kalimat pendek.

Penjejangan pembaca meliputi pembaca dini, awal, semenjana, madya, dan pembaca mahir.

Koleksi buku dan peralatan di tempat ini berasal dari hibah, misalnya dari program Global Environmental Facility- Small Grants Programme (GEF-SGP) Indonesia, toko buku Gramedia, Perpustakaan Nasional, Forum Bahasa Media Massa (FBMM), dan individu yang peduli dengan sekolah kampung ini.

Para petani bersyukur kedatangan program guru dari Indonesia Mengajar selama tiga tahun berturut-turut. Guru yang terakhir datang adalah gadis Sunda lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) bernama Inti Putri Madinah yang ditempatkan di SDN 31 Wonosari.

“Saya di SP-3 sejak Maret akhir 2024 hingga Maret awal 2025. Ditempatkan Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan 26. Saya adalah orang ketiga yang ditempatkan di sana,” tutur Putri.

Kehadiran Putri di kawasan transmigrasi ini membawa angin segar bagi petani.

Di lingkungan barunya, Putri berusaha memahami perspektif pendidikan dan konteks sosial. Ia lebih banyak mendengarkan dan menyaksikan upaya yang telah dilakukan para guru, kepala sekolah, orangtua murid dan masyarakat untuk pendidikan anak-anak.

Putri menyadari bahwa semua orang tengah berupaya dengan penuh kasih menghadirkan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama, dan memiliki porsi masing-masing. Dari potensi ini ia berupaya memerankan diri sebagai fasilitator pendidikan, menjadi jembatan semangat yang telah tumbuh agar semakin berkembang.

Putri menjadi saksi kehadiran perpustakaan Sekolah Kampung Pabuto Nantu justru menjadi tempat yang mengasyikkan bagi para siswa SDN 31 Wonosari. Jarak keduanya tidak terlalu jauh.

“Beberapa kali guru bersama siswa mengunjungi Perpustakaan Pabuto Nantu,” tutur Putri.

Koleksi buku sekolah kampung ini seperti oase yang menyejukkan bagi anak bangsa di daerah transmigrasi yang belum dilengkapi perpustakaan, di bekas gudang jatah hidup trasnmigran ini anak bangsa yang tengah merajut masa depan menemukan buku-buku bacaan sesuai jenjang usia.

Tidak sekadar menjadi pelengkap, Sekolah Kampung Pabuto Nantu juga menyelenggarakan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan bersama komunitas rescuer Tomohon yang berkunjung di sana. Siswa SDN 31 pun terlibat aktif.

“Kami juga ikut kelas Kamis bersama teman-teman sekolah paket, dan sesekali ikut mengajarkan Bahasa Inggris dan komputer,” kata Putri.

Putri menjelaskan sekolah kampung ini juga mengelola pendidikan kesetaraan yang dikenal sebagai sekolah Kejar Paket yang melayani para petani dan anggota keluarganya yang putus sekolah.

“Kami sempat menggelar kemah literasi, kolaborasi dengan sekolah, orangtua murid dan Perpustakaan Pabuto Nantu,” ujar Putri.

Kemah ini pertama kalinya dilaksanakan secara gotong-royong, logistik seperti tenda, api unggun, konsumsi, penjagaan saat malam dibersamai orang tua murid.

Pengisi materi perkemahan oleh guru, pengajar sekolah kampung serta pengajar muda mengenai kesadaran literasi digital, khususnya privasi dan konten. Kemah literasi ini pun dianggap mewah para petani dan siswa, memberi pengalaman yang berkesan.

Di daerah terpencil ini acap dikaitkan dengan ketertinggalan dan minimnya infratsruktur. Jalan becek hingga jembatan putus.

Keterpencilan ini juga menyebabkan hasil pertanian para transmigran tidak laku. Jika ada tengkulak datang, barang terbaik hanya dihargai Rp 2.500 dan jeruk buah Rp 2.500 per kilogram.

Sementara jika para petani membeli barang-barang kebutuhan hidup, harganya jauh di atas harga pasar. Kondisi ini membuat petani semakin terpuruk dalam jurang kemiskinan.

Bunaeri, Rojer, Vial dan para petani lainnya berupaya melek literasi untuk bisa bangkit berjuang meraih kesejahteraan, setidaknya komoditas pertanian mereka laku di pasar dengan harga layak.

Putri mengakui pesona bentang alam di kawasan penyangga SM Nantu ini sangat memesona, menjadi obat penenang di kala selesai dengan beragam aktivitas.

Kondisi masyarakat yang beragam latar belakang budaya menjadi suguhan menarik. Ada orang Jawa, peranakan Jawa Gorontalo dan juga orang Gorontalo.

Ragam budaya ini membuat warga menyukai keterbukaan dalam menerima pembaruan. Sikap terbuka ini juga menjadi pesona sehingga pemahaman baru mengenai kemajuan cepat terserap.

“Namun, di balik pesonanya bila dicermati lagi akses jalan yang semakin sulit apabila hujan datang menyulitkan hasil pertanian keluar dari desa, pun mobilitas bila ingin berkegiatan keluar desa akhirnya menjadi cukup mahal,” ucap Putri.

Dunia pustaka dan literasi di desa terpencil ini menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan para petani. Sekolah Kampung Pabuto Nantu dan perpustakaannya menjadi obor pengetahuan bagi warga.

“Literasi ini menjadi sarana untuk mengangkat nasib para petani,” ucap Ikraeni Safitri, volunter Agraria Institute Gorontalo yang acap berkunjung ke lokasi ini.

Ikra sapaan akrab Ikraeni  adalah dosen Program Studi Konservasi Hutan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo, gadis lajang ini banyak melakukan pendampingan petani di pinggiran hutan.

Berjuang di garda terdepan memajukan literasi masyarakat membuat Putri dan Ikra selalu merindukan kehangatan dan semangat para transmigran dan anak-anaknya.

Putri mengaku sangat berkesan bekerja di desa yang nyaris terisolasi ini, baginya setiap waktu sangat berharga.

“Saya telah jatuh cinta dengan beragam kebaikan serta harapan bersama sekolah serta masyarakat SP3,” ungkap Putri.

Namun, bila Putri harus memilih, maka hal yang paling berkesan adalah ketika ada beragam agenda pendidikan. Semua orang akan berupaya untuk mengajukan keterlibatannya.

“Cahaya-cahaya ini selalu menyala dan terus menghidupkan harapan mengenai pendidikan yang lebih baik untuk semua orang,” ujar Putri.

Putri yakin pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak. Kehadirannya untuk menemukan, menjejaringkan dan mendorong kolaborasi untuk ekosistem pendidikan terbaik yang kontekstual bagi anak-anak melalui potensi lokal.

Ia berharap para guru, kepala sekolah, orang tua murid, masyarakat, pemangku kepentingan dapat sama-sama saling memahami peran di dunia pendidikan.

Cahaya Sekolah Kampung Pabuto Nantu terus menyala di sudut Indonesia yang susah ditembus kendaraan, apinya berkobar di setiap asa para transmigran. Mereka berpacu dengan waktu untuk memenuhi rasa haus pengetahuan dan mentas dari kemiskinan dan keterisoliran.

“Kami akan terus menyalakan harapan petani dengan kemampuan yang kami miliki,” ujar Ikra.

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2025/09/13/174420778/sekolah-kampung-pabuto-nantu-nyala-asa-para-transmigran-di-tepi-hutan?page=all




















Tags: Boalemo, GEF SGP Indonesia, Gorontalo, Kolaborasi, Literasi, Mitra Lokal GEF SGP Indonesia, Tradisi Untuk Lingkungan

Comments are closed

Recent Posts

  • Tumbuh Bersama Kakao, Cerita Inspiratif Perempuan Saritani Gorontalo Tanam Kemandirian
  • Dari Biji Kakao, Perempuan Saritani Menyemai Harapan Ekonomi Desa
  • Perkuat Ekspor UMKM Melalui Model Bisnis Waralaba dan Toko Unggulan
  • Dari Penerima Hibah Jadi Pelaku Pasar, Cerita Berdaya Komunitas di TEI 2025
  • Program Petani Keren FAO! Saat Generasi Muda Didorong Jadi ‘Agripreneur’ Masa Depan Indonesia

Recent Comments

  1. gogogocheck on WIRE Gorontalo Gandeng Para Pihak Gelar Peringatan Hari Patriotik dan Penanaman Pohon
  2. candylove on Hari Bumi 22 April di Bulukumba: Ritus tanah dan hujan oleh petani aren dan DMT di DAS Balangtieng
  3. cab-portal.amebaownd.com on WIRE Gorontalo Gandeng Para Pihak Gelar Peringatan Hari Patriotik dan Penanaman Pohon
  4. link resmi on WIRE Gorontalo Gandeng Para Pihak Gelar Peringatan Hari Patriotik dan Penanaman Pohon
  5. syair hk on WIRE Gorontalo Gandeng Para Pihak Gelar Peringatan Hari Patriotik dan Penanaman Pohon
Selected static block was removed or unpublished

GEF SGP Indonesia

Jalan Alam Segar VII No.14, RT.6/RW.16,
Pd. Pinang, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12310

About GEF SGP Indonesia

    • Services

    • Media

    • News

Contact Us

Phone :

+62 21-720-6125

+62 21-727-90520

Whatsapp ( chat only ) :

+62 813-3350-4969

Email : info@sgp-indonesia.org

© GEF SGP Indonesia 2023