
(1/10/2025) Siapa bilang jaga alam itu cuma soal larangan tebang pohon atau stop aktivitas di laut? Di beberapa desa di Indonesia, justru dari aksi konservasi malah lahir ratusan peluang kerja baru. Serius, kerjaan-kerjaan ini nggak cuma kasih penghasilan tapi juga bikin lingkungan makin sehat.
Kuncinya ada di satu rumus simpel: konservasi + pemberdayaan masyarakat = ekonomi hijau yang kuat. Dan ini udah terbukti nyata, karena ratusan kerjaan hijau tercipta di empat wilayah bentang alam Indonesia.
Program ini digagas lewat Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia Fase ke-7, yaitu program pendanaan berbasis komunitas. Nggak cuma fokus jaga ekosistem, tapi juga bikin pintu rezeki baru buat warga lokal.
Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, bilang kalau program “Bentang Alam” ini udah nyatat pencapaian keren banget: ada lebih dari 103 jenis pekerjaan hijau dan usaha komunitas yang terbentuk atau makin kuat di empat bentang alam utama Indonesia.
“Ini bukan sekadar angka, melainkan kisah nyata tentang orang-orang yang membangun mata pencaharian berkelanjutan yang berakar pada konservasi lingkungan mereka,” ujar Sidi dalam pernyataannya, Selasa (23/9/2025).
Artinya, tiap angka punya cerita warga desa yang berhasil nyambungin antara alam yang lestari dan dapur yang tetap ngebul. Dari sawah, hutan, sampai pesisir, mereka sekarang bukan cuma jadi penjaga alam, tapi juga pelaku ekonomi yang punya daya.
Agroforestri: Dari Sawah ke Produk Bernilai Tinggi
Pertanian berkelanjutan jadi mesin utama lahirnya kerjaan hijau. Kalau dulu petani cuma andalin pola tanam biasa, sekarang mereka pelan-pelan pindah ke sistem agroforestri dan bikin produk bernilai tambah.
Mulai dari gula semut, lada, sampai kopi, semua itu melahirkan kerjaan baru: ada koperasi tani, petani organik, operator persemaian bibit, sampai produsen lokal yang siap masuk pasar. Contohnya bisa dilihat di masyarakat sekitar DAS Balantieng, Sulawesi Selatan.
Di sana, BUMDes Tumarila (Desa Anrang, Kecamatan Rilau Ale, Bulukumba) bikin banyak usaha: produksi keripik, gula semut, bubuk lada, sampai pakan ternak. Jadi hasil tani nggak berhenti di panen, tapi lanjut ke pengolahan dan pemasaran. Efeknya? Ekonomi naik, lahan tetap aman.
Kreativitas Lokal: Tradisi Ketemu Pasar
Industri kreatif juga nggak mau ketinggalan. Warga mulai manfaatin hasil hutan nonkayu jadi produk keren bernilai tinggi. Tujuannya? Biar bisa bikin kerajinan dan fesyen yang ramah lingkungan.
Kerjaan baru pun lahir: perajin ecoprint, penenun pandan, perajin lontar, sampai desainer busana berbahan alami. Contoh nyata ada di Sabu Raijua, di mana kelompok kayak Bapalok dan PMPB kembangin usaha tenun pandan dan lontar. Mereka gabungin kearifan lokal dengan inovasi, jadinya tenun bisa bersaing di pasar modern.
Bahkan dari pohon lontar aja bisa keluar banyak produk, kayak sopi (minuman tradisional) dan pemanis alami. Kreativitas ini bikin tradisi tetap hidup sekaligus jadi sumber cuan berkelanjutan.
Ekonomi Biru: Laut Lestari, Dompet Terisi
Di daerah pesisir, warga nemuin cara biar bisa jaga laut sambil tetap hidup sejahtera. Caranya lewat budidaya rumput laut, persemaian mangrove, dan produk perikanan berkelanjutan. Semua ini bikin kerjaan hijau baru sekaligus menciptakan rantai ekonomi biru yang menguntungkan.
“Jenis pekerjaan yang tercipta, yakni petani & pengolah rumput laut, pengelola persemaian mangrove, pengolah produk perikanan berkelanjutan, penjaga laut berbasis komunitas,” kata Sidi.
Contohnya ada Komunitas IMAN dan SEACREST INDONESIA. Mereka libatin banyak perempuan buat ambil peran utama. Bukan cuma nanem dan panen, tapi juga ngolah rumput laut jadi produk bernilai jual.
Lebih kerennya lagi, para perempuan ini juga jadi garda depan penjaga laut. Jadi bukan hanya tulang punggung keluarga, tapi juga penjaga ekosistem pesisir.
Rantai Nilai yang Nggak Putus
“Keberhasilan GEF SGP Indonesia Fase 7 ini menunjukkan bahwa, selain menciptakan lapangan kerja, kita juga membangun rantai nilai yang utuh, mulai dari pembibitan dan budidaya, hingga pengolahan, branding, dan pemasaran,” kata Sidi.
Menurut Sidi, model pembangunan berbasis masyarakat ini bisa jadi blueprint kuat buat bangun ekonomi yang bukan cuma sejahtera, tapi juga adil dan nyatu sama alam.
Intinya, keberlanjutan itu bukan jargon kosong. Ini tumbuh dari sistem yang inklusif, di mana petani, perajin, sampai nelayan semua punya peran nyata buat jaga lingkungan sambil ngejaga ekonomi keluarga. Rantai nilai yang terbentuk bikin masyarakat makin berdaya, alam pun tetap terjaga.
Sumber: https://www.guideku.com/news/2025/10/01/094356/agroforestri-tenun-sampai-rumput-laut-cara-komunitas-di-desa-bangun-ekonomi-hijau

